Menulis Sebagai Bukti Perawat Itu Ada dan Hidup Selamanya

Post Top Ad

Tampilkan postingan dengan label Bayi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bayi. Tampilkan semua postingan
November 02, 2018

Pentingkah Stimulasi Tumbuh Kembang Anak?

by , in


Sahabat Perawat Traveler, pentingkah stimulasi tumbuh kembang anak itu? Toh, anak akan terus tumbuh dan berkembang seiring bertambahnya usia. 

Eits, jangan salah. Anak butuh stimulasi selama proses tumbuh kembangnya. Seperti halnya tanaman yang membutuhkan pupuk dan perawatan akan lebih tumbuh subur dibandingkan tanaman yang dibiarkan tumbuh begitu saja tanpa diperdulikan. 

Begitu juga dengan anak yang distimulasi akan jauh lebih baik pertumbuhan dan perkembangnnya dibandingkan anak yang kurang mendaptkan stimulasi atau bahkan tidak sama sekali. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak, bahkan dapat mengakibatkan gangguan yang menetap sehingga susah untuk dikembalikan dalam keadaan semula. 

“Stimulasi merupakan kegiatan merangsang kemampuan dasar anak usia 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal”. 
Orang tua sangat berperan untuk mengstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak
Stimulasi tumbuh kembang anak hendaknya dilakukan oleh ibu, ayah, dan orang terdekat anak. Kemampuan anak yang distimulasi berupa kemampuan gerak kasar, gerak halus, kemampuan bicara dan berbahasa, serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian. 

Prinsip Dasar Stimulasi 

Prinsip stimulasi ini didasari oleh beberapa hal berikut ini karena dilakukan oleh orang terdekat anak maka stimulasi hendaknya; 

1. Dilandasi rasa cinta dan kasih sayang. 

2. Memberikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur. 

3. Menggunakan alat bantu permainan yang sederhana, aman, dan mudah dimainkan anak. 

4. Memberikan reward atau pujian bila anak mampu melakukannya. 

Jenis Stimulasi Tumbuh Kembang Anak 

Beberapa stimulasi yang dianjurkan untuk meningkatkan kemampuan dasar anak yaitu; 

1. Stimulasi visual berfungsi untuk meningkatkan perhatian anak pada lingkungan sekitarnya melalui penglihatan. 

2. Stimulasi audiotori berfungsi untuk meningkatkan perkembangan bahasanya (verbal). 


3. Stimulasi taktil berfungsi untuk meningkatkan rasa percaya diri pada anak sehingga anak akan lebih responsif. 

4. Stimulasi kinetik berfungsi untuk mengenalkan anak terhadap lingkuangan sekitarnya. 

Apa Saja yang Perlu Distimulasi Sesuai dengan Usianya? 

1. Stimulasi pada bayi 0-3 bulan 



a. Kemampuan gerak kasar 

1) Mengangkat kepala. Letakkan bayi pada posisi telungkup, gerakkan sebuah mainan bewarna cerah atau buat suara-suara gembira di depan bayi sehingga ia akan belajar mengangkat kepalanya. Secara berangsur-angsur ia akan menggunakan kedua lengannya untuk mengangkat kepala dan dadanya. 

2) Berguling-guling. Letakkan mainan bewarna cerah di dekat bayi agar ia dapat melihat dan tertarik pada mainan tersebut. Kemudian pindahkan mainan tersebut ke sisi lain dengan perlahan. Awalnya bayi perlu dibantu dengan cara menyilangkan paha bayi agar badannya ikut begerak miring sehingga memudahkan bayi berguling. 

3) Menahan kepala tetap tegak. Gendong bayi dalam posisi tegak agar ia dapat belajar menahan kepalanya tetap tegak.

 

b. Kemampuan gerak halus 

1) Melihat, meraih dan menendang mainan gantung. Ikat sebuah tali menyilang di atas tempat tidur bayi. Gantungan pada tali tersebut benda/mainan berputar atau berbunyi, bewarna cerah sehingga bayi tertarik untuk melihatnya. Pastikan benda tersebut tidak bisa dimasukan ke mulut bayi, dan tali tidak akan terlepas dari ikatannya. 

2) Memperhatikan benda bergerak. Bayi sering memperhatikan wajah seseorang, gambar, benda atau mainan menarik bewarna cerah. Dekatkan wajah anda, gambar, mainan menarik kewajah bayi agar ia melihat dan memperhatikannya. Perlahan-lahan gerakan wajah anda atau benda-benda itu ke sisi kanan dan kiri sehingga bayi ikut memperhatikan. 

3) Melihat benda-benda kecil. Pangku bayi di dekat sebuah meja, kemudian jatuhkan sebuah benda kecil (miasal; kacang) dari atas meja, tepat di depan bayi. 

4) Memegang benda. Letakkan benda/mainan kecil yang berbunyi atau bewarna cerah di tangan bayi atau sentukan benda tersebut pada punggung jari-jarinya. Amati cara ia memegang benda tersebut. 

5) Meraba dan merasakan bentuk permukaan. Ajak bayi meraba dan merasakan berbagai bentuk permukaan seperti mainan binatang, mainan plastik, kain-kain perca, karet dan sebagainya. 


c. Kemampuan bicara dan bahasa 

1) Berbicara. Setiap hari berbicara dengan bayi sesering mungkin. Gunakan setiap kesempatan seperti waktu memandikan bayi, mengenakan pakaian, memberi makan, di tempat tidur, dan sebagainya. 

2) Meniru suara-suara. Tirukan ocehan bayi sesering mungkin, maka ia kan menirukan kembali suara anda. 

3) Mengenali berbagai suara. Ajak bayi mendengarkan berbagai suara seperti musik, radio, TV, orang berbicara dan sebagainya. Perhatikan bagaimana reaksi bayi terhadap suara yang berlainan. 



d. Kemampuan sosialisai dan kemandirian 

1) Member rasa aman dan kasih sayang. Sesering mungkin peluk dan belai bayi, bicara kepada bayi dengan nada lembut dan halus serta penuh kasih sayang. 

2) Mengajak bayi tersenyum. Sesering mungkin ajak bayi tersenyum dan tatap mata bayi. Balas tersenyum setiap kali bayi tersenyum kepada anda. 

3) Mengajak bayi mengamati benda-benda dan keadaan sekitarnya. Gendong bayi berkeliling sambil memperlihatkan benda-benda di sekelilingnya. 

4) Meniru ocehan dan mimik muka bayi. Perhatikan apa yang dilakukan oleh bayi, kemudian tirukan ocehan dan mimik mukanya. 

5) Mengayun bayi. Untuk menenangkan bayi dan anda bisa santai, ayunkan bayi dalam kursi ayun. Tetap berada di dekat bayi sehingga ia dapat meraba wajah anda dengan tangannya. 

6) Menina-bobokan. Ketika menidurkan bayi, bersenandunglah dengan nada lembut dan penuh kasih sayang, ayun bayi anda sampai tertidur.


Nah, itulah stimulasi tumbuh kembang yang bisa dilakukan kepada anak usia 0-3 bulan. Untuk stimulasi anak usia di atasnya, tunggu postingan Perawat Traveler berikutnya ya.  

Oktober 12, 2016

Duh.., Belum Bersuami Udah Punya Anak Aja

by , in
“Anak orang aja dirawat, apa lagi anak kamu” statusku di medsos sambil menggendong seorang bayi yang baru saja selesai dimandiin.

Udah punya anak aja, Bapaknya mana tuh? :)


Capture seperti itu sering kali digunakan oleh mahasiswi praktek (CoAss) perawat traveler kayak aku ini. Bukan karena pamer ya, tapi ada kepuasan bathin tersendiri ketika kita memberikan yang terbaik untuk pasien, walaupun sebenarnya kita belum pernah mengalaminya.
Kegiatan perawatan pada bayi misalnya seperti memandikan bayi, mengganti popok, memberi susu, maksudnya susu botol ya! mendiamkan bayi yang sedang menangis, sampai menidurkanya, kita lakukan layaknya seorang ibu, meskipun kita sendiri belum jadi seorang ibu. Berutung bangetlah ya dapat istri perawat (nggak papakan promosi).
Awalnya aku juga sempat shock dengan aktivitas ini, meskipun sudah pernah belajar teorinya dan praktek di phantom (boneka praktek), tapi jelas dong berbeda saat kita menghadapi langsung dengan pasien. Apalagi yang kita hadapi ini bayi-bayi yang baru lahir, udah kecil, licin, ditambah lagi kalau sudah nangis, bisa pusing tujuh keliling dibuatnya.
Sebagai seorang perawat yang harus siap dengan kondisi apapun, aku harus menunjukkan sikap profesionalku. Padahal dirumah sendiri saat kakakku melahirkan, jarang sekali aku memegang keponakanku itu, takut nanti kenapa-kenapa. Saat dia menangis atau popoknya basah aku harus teriak-teriak dulu memanggil ibu atau kakakku. Tapi, tidak saat posisiku mengenakan baju putih, aku harus tanggap dengan hal-hal seperti itu. Sedikit saja ada terdengar tangisan bayi, cup,cup,cup, aku langsung menggendongnya.
Ada tiga alasan yang perlu diketahui saat bayi menangis. Pertama karena lapar, kedua karena popoknya basah, dan yang ketiga minta dipegang atau digendong. Tentunya aku harus peka dengan tiga hal itu, harus bisa menggantikan popok, membuat susu botol atau menyuruh ibunya untuk menyusui, dan berperan sebagi ibu pengganti saat bayinya menangis.

Kita ganti dulu popoknya ya dek!
Biasanya pasien ibu muda yang baru melahirkan sangat takut untuk memegang bayinya, meskipun tidak semuanya begitu. Tapi ada lhoe pasien yang tidak tau bagaimana mengganti popok, memandikan, membedung bayi, cara menyusui yang benar, dan saat bayinya menangis, justru dia panik dan panggil-pangil perawat.
Disinilah peran kita sebagai perawat, membimbing dan mengajari mereka. Meskipun kita nggak bisa-bisa kalilah, tapi profesi yang menuntut kita harus bisa melakukannya, dan akhirnya memang bisa.
Ketika memandikan bayi saja misalnya. Harus serba hati-hati melakukannya, karena kulit bayi yang sangat sensitif dan sangat mudah mengalami hipotermi (penurunan suhu). Belum lagi saat disiram pakai air bayinya menangis dengan kencang membuat hati deg-degkan.

Yuk.,, mandi, mandi, mandi, biar bersih!
Kemudian saat dapat piket malam, lagi enak-enaknya tidur dan baru sebentar menyandarkan kepala di meja nurse station, eh tiba-tiba ada panggilan tangisan bayi yang begitu keras membuat kaki harus beranjak dari tempat peristirahatan, menuju ke sumber suara. Cup,cup,cup,cup tidurlah sayang sambil menggendong si bayi tersebut, padahal mata tinggal 5 watt lagi.
Kalau bukan si bayi yang panggil, mamaknya yang panggil bu perawat tolong gantiin popoknya, bubuk perawat asinya nggak keluar, bu perawat bayinya nangis, bu perawat bayi nggak mau tidur, bu perawat, bu perawat, dan bu perawat. Benar-benar harus sabar deh jadi perawat.
Banyak pelajaran yang dapat aku ambil saat praktek di stase Keperawatan Maternitas ini. Disinilah aku terbayang sosok ibu yang begitu sabar merawat dan membesarkanku. Meskipun aku belum punya anak (dikarenakan belum punya suami), tapi aku bisa merasakan bagaimana tulusnya cinta dan kasih sayang IBU.

My Instagram