Menulis Sebagai Bukti Perawat Itu Ada dan Hidup Selamanya

Post Top Ad

September 26, 2018

Tujuh Hal yang Harus Kamu Tahu Tentang Stunting

by , in
Sumber foto: www.sehatnegeriku.kemkes.go.id
Istilah stunting masih terdengar awam bagi sebagian orang, padahal di Indonesia banyak anak lahir dalam keadaan stunting (kerdil). Anak yang terlahir stunting mengalami keterlambatan pertumbuhan yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan normal dan sehat sesuai usia anak. 

Stunting adalah status gizi yang didasarkan pada indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U). Stunting mengacu pada istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek). 

Beradasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, ada sekitar 8,9 juta dari 25 juta balita di Indonesia mengalami stunting. Artinya 1 dari 3 balita (37,2%) di Indonesia mengalami stunting. Sedangkan berdasarkan Pantauan Status Gizi (PSG) pada tahun 2017, prevalensi balita stunting sebanyak 29,6% dengan kategori balita pendek 19,8% dan sangat pendek 9,8%. 

Tingginya angka kasus stunting di Indonesia mengakibatkan badan kesehatan dunia atau Word Health Organization (WHO) menetapkan Indonesia sebagai negara dengan status gizi buruk. Lantas apa hubungannya stunting dengan gizi buruk? 

Berikut tujuh hal yang harus kamu tahu tentang stunting. 

1. Gizi buruk faktor utama penyebab stunting 

Stunting terjadi akibat kekurangan gizi dalam jangka waktu lama sehingga asupan nutrisi yang diterima anak tidak mencukupi. Kekurangan gizi pada dua tahun pertama kehidupan dapat menyebabkan kerusakan otak yang sulit untuk diperbaiki. 


Padahal pada dua tahun pertama inilah neuron dan sel saraf otak anak terbentuk. Namun, karena kurangnya asupan gizi sel saraf pun susah terbentuk sehingga proses perkembangan otak anak terhambat yang berpengaruh pada kecerdasan di masa depan. 

Kondisi ini tidak bisa ditangani bila anak sudah memasuki usia dua tahun. Oleh karena itu status gizi anak selama dua tahun kehidupan atau yang disebut golden age harus diperhatikan dan dipenuhi kebutuhan nutrisinya. 

2. Kemiskinan pemicu lahirnya anak stunting 

Gizi buruk erat kaitannya dengan kemiskinan karena penghasilan yang rendah dari orang tua bayi. Mereka tidak mampu membeli makanan untuk mencukupi kebutuhan nutrisi ibu semasa kehamilan dan saat bayinya dilahirkan. Akibatnya anak akan mengalami gizi buruk yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangannya di masa dua tahun setelah kelahiran. 



Tambahnya lagi karena kemiskinan, tempat tinggal mereka pun juga tidak terlalu diperdulikan. Rumah yang berada di lingkungan dengan sanitasi yang buruk dapat memicu terjadinya penyakit diare dan infeksi cacing usus (cacingan) secara berulang pada anak. Kedua penyakit ini terbukti berperan menyebabkan anak menjadi kerdil. 

3. Wanita yang kekurangan berat badan selama masa kehamilan berisiko memiliki anak stunting. 

Menurut WHO sekitar 20% kasus balita stunting sudah terjadi selama masa kehamilan pada ibu yang kekurangan berat badan. Hal ini mengakibatkan nutrisi yang diterima janin sedikit sehingga pertumbuhan janin di dalam kandungan mulai terhambat dan berlanjut setelah kelahiran. 


Untuk mencegah terjadinya kelahiran anak stunting, ibu hamil hendaknya diberikan asupan gizi yang baik dan seimbang sehingga berat badannya naik. Selain itu pemeriksaan kesehatan ibu selama masa kehamilan juga harus dipantau untuk mencegah terjadinya anemia selama hamil. 

4. ASI ekslusif dan MPASI berperan mencegah anak stunting 

Air Susu Ibu (ASI) berperan penting untuk mencegah terjadi anak stunting karena di dalamnya terkandung nutrisi yang baik unuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. 


Setelah bayi berusia enam bulan, barulah diberi Makanan Pendamping (MP) ASI yang bertujuan untuk mengenalkan jenis makanan baru pada bayi. MPASI juga dapat mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh bayi yang tidak lagi dapat dibantu oleh ASI dan membantu daya tahan tubuh serta perkembangan sistem imunologisnya terhadap makanan dan minunman. 

Namun, banyak juga ibu-ibu yang tidak memberikan ASInya karena berbagai alasan tertentu seperti karena ibunya bekerja, takut anaknya kembung karena minum ASI terus, ASI di payudaranya tidak bisa keluar, dan ada juga ibu yang memberi ASI dan MPASI sebelum bayinya berusia enam bulan. 

Hal ini tentunya dapat mengurangi asupan nutrisi bayi yang terkandung di dalam ASI. Padahal ASI eksklusif haruslah diberikan selama enam bulan pertama setelah kelahiran dan ditambah MPASI sampai usia dua tahun. 

5. Waspadai tanda dan gejala anak stunting 

Kamu perlu mengetahui tanda dan gejala anak mengalami stunting diantaranya; berat badan tidak naik bahkan cenderung menurun, perkembangan tubuh terhambat dan anak terlihat pendek untuk anak usianya, mudah terkena penyakit. 




Bila tanda dan gejala tersebut ada terdapat pada anakmu, periksalah kesehatannya ke fasilitas pelayanan kesehatan secara berkala. Untuk mencegah dampak besar yang diakibatkan oleh stunting. 

6. Stunting berpengaruh pada perkembangan otak anak 

Anak yang mengalami stunting, perkembangan otaknya lebih lambat sehinga mempengaruhi kemampuan belajar dan mental anak. Akibat jangka panjangnya kemampuan anak tidak sesuai dengan usianya yang seharunya di usia tersebut ia sudah bisa melakukan banyak hal, tapi ia tidak mampu melakukannya. 




Hal ini tentu akan berpengaruh pada kehidupan berikutnya karena saat dewasa ia mengalami banyak kesulitan, khususnya untuk mendapatkan penghasilan. Ujung-ujungnya bila ia menikah akan berisiko menurunkan anak yang juga mengalami stunting. 

7. Stunting bukan penyakit 

Perlu diketahui bahwa stunting bukanlah diagnosis suatu penyakit, tapi istilah yang digunakan untuk menyatakan masalah khusus yang berdampak dalam jangka panjang. Penyakit bisa diobati dengan melakukan berbagai pengobatan dan terapi, tapi stunting tidak bisa diobati karena proses terjadinya stunting sejak bayi dalam kandungan dan dua tahun pertama setelah lahir. 

Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya kelahiran stunting nutrisi ibu semasa hamil dan saat anak di dua tahun pertama kelahiran, benar-benar harus dijaga dan dikontrol. 

Itulah tujuh hal yang perlu kamu ketahui tentang stunting, sehingga dengan adanya informasi ini berbagai upaya pencegahan pun dapat dilakukan untuk menuju Indonesia sehat. Terutama bagi pasangan yang akan berkeluarga dan calon orang tua karena waktu terbaik untuk mencegah stunting selama kehamilan dan dua tahun pertama kehidupan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pencegahan berikut ini.

1. Dikarenakan stunting berhubungan dengan status gizi, maka gizi ibu selama masa kehamilan haruslah dipenuhi sesuai kebutuhan. 


Caranya dengan mendatangi pelayanan kesehatan seperti Puskesmas karena di sana terdapat program untuk pemberian makanan tambahan pada ibu hamil. Di Puskesmas ibu hamil akan dijelaskan tentang makanan yang harus dikonsumsi untuk menambah energi dan nutrisi ibu selama kehamilan. Selain itu ibu hamil juga diberi tablet zat besi untuk mencegah anemia.

2. Pasangan yang akan berkeluarga hendaknya mempunyai penghasilan supaya bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga. 


Terutama kebutuhan nutrisi untuk istri dan anak-anaknya. Maka sangat diharapkan setiap orang tua mempunyai kemapanan finansial.

3. Bagi ibu hamil perlu memeriksakan status kehamilannya ke pelayanan kesehatan. 


Tentunya untuk menjaga bayi yang ada dalam kandungannya mendapatkan nutrisi yang cukup selama masih di dalam kandungan.

4. Sangat dianjurkan bagi ibu menyusui untuk memberikan ASI Ekslusif selama enam bulan dan MPASI kepada bayinya. 



Sumber foto: www.sehatnegeriku.kemkes.go.id
Nah, itulah yang bisa dilakukan untuk mencegah stunting sehingga generasi yang dilahirkan akan menjadi generasi Indonesia Sehat.

Referensi

Dinas Kesehatan Pemerintah Aceh. (16/05/2018). Cegah Stunting Itu Penting. Diakses dari https://dinkes.acehprov.go.id/news/read/2018/03/26/205/cegah-stunting-itu-penting.html. Pada tanggal 24 September 2018, pukul 12.45 WIB.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Katalog Dalam Terbitan Kementrian Kesehatan RI.


http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/topik/rilis-media/ 

My Instagram