Menulis Sebagai Bukti Perawat Itu Ada dan Hidup Selamanya

Post Top Ad

Kembali di Satase Keperawatan Anak

Masih moment lebaran sih, aku kembali masuk sebagai mahasiswa praktek di sebuah rumah sakit daerah ternama di Kota Madani, tepatnya di Ruang Serune I (Ruang Rawat Inap Anak). Di saat teman-teman seangkatan ku sibuk merayakan kemenangannya dengan berseliratuhami dengan keluarga, tetangga, kerabat, teman, atau bahkan calon mertua mereka, aku malah harus masuk praktek sebagai mahasisawa Co-Assistant (CoAss) keperawatan.

Tidak ada istilah libur bagi mahasiswa CoAss, mau lebaran kek, tanggal merah, pesta pernikahan, kenduri maulid, atau perayaan apalah namanya, yang penting masuk. Boleh sih nggak masuk, konsekwensinya harus ganti dinas di hari yang lain. Sama saja dengan bohong qan! pokoknya bagi mahasiswa CoAss, nggak mengenal kata libur titik.

Untunglah aku mengambil cuti panjang selama satu semester untuk traveling, dan kemudian masuk lagi setelah kebutuhan travelingku terpenuhi. Semua punya resiko, memang sih aku telat selesainya dibandingkan teman-teman seangkatanku yang sudah duluan wisuda, tapi mau bagaimana, aku membutuhkan traveling supaya semangat CoAss ku muncul kembali. Alhasil benar saja, aku mendapatkan semangat baru setelah libur panjangku satu semester. Yeahhh.., saatnya beraksi!

ruangannya tidak ada perubahan, sama seperti setahun yang lalu
Kali ini, aku ditempatkan di ruang rawat inap anak yang diberi nama Serune 1, di sebuah rumah sakit daerah ternama di kota ini. Sebenarnya setahun yang lalu, aku sudah pernah berdinas di ruangan itu, dan mengambil stase keperawatan Anak. Tapi, aku sengaja meminta ulang kembali di satase ini karena kompetensi yang ditetapkan tidak tercapai menurutku. 

Terlalu idealis menurut dosenku, jika aku meminta ulang kembali karena aku tidak membuat laporan yang menurutku tidak penting itu. Namun keputusanku untuk mengulang kembali sudah bulat, hingga akhirnya pada tanggal 11 Juli 2016, aku menjalankan tugas sebagai mahasiswa CoAss pada stase anak, yang sebelumnya sudah pernah aku lakukan di bulan Mei 2015.

Tidak masalah bagiku, harus mengulang kembali. Yang penting ilmunya, bukan hanya sekedar menjalankannya. Aku kembali merasakan aroma obat-obatan di setiap ruangan, tangisan anak dan bayi yang sedang mengerang kesakitan, pangilan keluarga pasien yang mengatakan “Dek, infusnya habis, dek infusnya macet, dek oksigennya habis dan dek-dek lainya”. 

Panggilan yang paling berdengung di telinga dan menjadi makanan sehari-hari, ialah berita panggilan dari kakak perawat. “Adek siswa....., saatnya injeksi ya!, Dek antarkan pasien ke ruangan fisioterapi, radiologi, poli klinik anak, antar dan jemput darah di laboratorium, mengisi tabung oksigen, mengambil stok obat-obatan ke gudang, bahkan ada kakak-kakak yang usil, tingkat mengambil status pasien saja, harus adek siswa. Terus ada juga yang sengaja pinjam pulpen, alahasil tidak dikembalikan lagi.

Apakah ini sengaja dilakukan sebagai ajang balas dendam, seamasa dia menjadi mahasiswa praktek atau memang sudah keenakan mentang-mentang ada adek siswa, Wallahualam deh, kakak-kakak perawat ne! semoga saja kalau aku jadi perawat yang bekerja di rumah sakit, nggak kek gitu. Aminn..!

Nurse station ruang rawat anak
Di ruangan ini terdapat berbagai macam kasus penyakit pada anak, dari tingkat sedang, sampai berat yang dapat mengancam nyawa. Hari pertama berdinas, aku menemukan beberapa kasus pasien yang menurutku langka. Mungkin kalau penyakit yang sering terjadi pada anak seperti diare, demam, kejang, batuk, sudah mahfum dengan hal itu. 

Tapi, ini ada beberapa penyakit yang dokter sendiri bingung mendiagnosisnya dan apa penyebabya. Seorang anak yang berusia 13 tahun, sudah mengalami penyakit diabetes melitus (DM) tipe 2, yang lazimnya biasa diderita oleh orang yang berusia di atas 35 tahun. Keluarga si pasien tidak ada yang mempunyai riwayat DM, termasuk orang tuanya sediri yang sudah berusia 54 tahun.

Saat pertama kali masuk rumah sakit, Kadar Gula Darah Sewaktunya (KGDS) mencapai 600 mg/dl. Padahal KGDS normal anak seusia dia adalah 70-100 mg/dl, wajar pada saat pertama masuk, anak tersebut tidak sadarkan diri. Terakhir waktu aku cek KGDS nya pada hari rawatan ke 12 adalah 295 mg/dl. Oleh karena itu dia harus mendapatkan suntikan insulin sebanyak 10 unit sebelum makan, supaya tubuhnya bisa menyeimbangkan kadar glukosa di dalam darah.

Pasien berikutnya ialah seorang gadis perempuan berusia 15 tahun, yang tiba-tiba tidak bisa berjalan setelah mendapatkan pengobatan di sebuah klinik akibat penyakit cacar. Gadis melang tersebut tidak bisa duduk, dan hanya berbaring di tempat tidur. Dokter juga belum mengetahui penyakit yang dialami gadis tersebut, setiap kali dia mencoba untuk duduk, terasa nyeri yang membuatnya meringis kesakitan. Untuk memperbaiki sistem sarafnya, dia diharuskan untuk menjalankan fisioterapi. 

Ruang peralatan rawat anak
Beberapa pasien lainnya yang terbaring di ranjang-ranjang pasien, tidak sempat aku tanyakan satu persatu penyakit dan keluhan mereka. Aku harus melakukan berbagai tindakan keperawatan lainnya seperti, memastikan cairan infus dan kepatenan jalan infus, membari obat pasien, membaeri makanan kepada bayi melalui selang Nasogastric Tube (NGT), dan membereskan peralatan medis seperti seleng oksigen, ambu bag, syringe-pump, mesin nebulizer, dalam keadaan rapi tertata.

"Pekerjaan yang dilakukan karena hati akan membangkitkan semangat diri (perawat traveler)"

3 komentar:

  1. Balasan
    1. terimakasih sudah mengunjungi blog saya, mudah-mudahan cerita saya memberikan inspirasi buat kita semua.

      Hapus
  2. Rajin menulis kbiasaan yg sangat baik.. Trus ya berbagi pengalaman

    BalasHapus

Terimakasih Telah Memberikan Komentarnya - Silahkan Komentar dibawah ini !!!!

My Instagram