Menulis Sebagai Bukti Perawat Itu Ada dan Hidup Selamanya

Post Top Ad

Ku Cari Kau Sampai ke Kuta Malaka

Wuih.., judulnya dramatik banget! Emang perawat traveler cari siapa ke Kuta Malaka? Yang namanya perawat, tentunya cari pasienlah, masak cari ‘roti sele’?


Suasana Perkampungan di Kuta Malaka
Di stase Keperawatan Jiwa ini, kami sebagai mahasiswa CoAss juga kebagian praktek ke komunitas, tepatnya di kampung atau di desa. Kali ini Kuta Malaka di pilih sebagai lahan praktek kami. 

Katanya sih daerah ini banyak terdapat pasien gangguan jiwa, selain itu para perawat jiwa komunitasnya atau yang disebut Community Mental Health Nursing (CMHN) juga aktif melakukan rehabilitasi kesehatan jiwa pada pasien pasca gangguan jiwa.  

CMHN adalah pelayanan keperawatan yang komprehensif, holistik, dan paripurna,
berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa, rentang terhadap stres
dan dalam tahap pemulihan serta pencegahan kekambuhan.


Kuta Malaka ini terletak di Kabupaten Aceh Besar, jaraknya sekitar 30 km dari Kota Banda Aceh, atau membutuhkan waktu sekitar 40 menit perjalanan dengan menggunakan sepeda motor. Jadi, kami menempuh jarak seitar 60 km setiap harinya selama 10 hari, untuk mencari mereka pasien gangguan jiwa yang sudah sembuh.

Lah..., kenapa harus dicari..,? inilah tanggung jawab sebagai seorang perawat. Menjadi perawat itu tidak hanya memberikan asuhan keperawatan ketika pasien sakit saja, tapi setelah pasien sembuh pun juga diberikan asuhan keperatan supaya mereka bisa mempertahankan kesehatannya, sehingga tidak sakit lagi.
 

Subhanallah, mulia bangetkan tugasnya! Makanya nggak rugi deh punya istri perawat, orang aja diperhatiin, apalagi suami? Pasti kebanjiran perhatian deh.,, hehehe. Pasti yang berprofesi sebagai perawat lagi naik telinganya sebelah tu,, dan yang punya istri perawat, lagi senyam senyum tu.., Kwkwkwkw...,

Ngapain aja di Kuta Malaka?

Jadi, kami ke Kuta Malaka itu melihat aktivitas pasien gangguan jiwa yang sudah sembuh, dan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang kesehatan jiwa. Kami bekerjasama dengan Puskesmas Kuta Malaka untuk mendata warga yang berpotensi dan berisiko mengalami gangguan jiwa.

Lumayan capek sih harus mendata orang satu kampung, kayak petugas sensus penduduk gitu. Tapi, ada enaknya juga karena orang kampungnya ramah-ramah dan sangat senang dengan kedatangan kami.

Sehabis dari rumah warga, ada aja bawaan untuk dibawa pulang. Apalagi saat itu lagi musim mangga dan jambu, hampir setiap rumah warga mempunyai bantang jambu dengan buahnya merah merekah, membuat air liur susah ditahan.

Selesai memberikan perawatan kepada pasien binaan, tak jarang kami menyapa dengan basa basi “Merah kali jambunya bu, besar-besar kali buah mangganya, atau rambutan siapa tu Nek?” padahal modusnya kepingin hehehe. 

Rupanya mereka mengerti dengan bahasa tersirat itu, dengan senang hati mereka menawarkannya bahkan membantu mengambilkan buah-buahan yang tumbuh subur di kampung itu. Jadinya, kami hampir setiap hari merujak karena banyaknya buah-buahan yang diberikan warga. Euunak bangetkan..,!
Nge- Rujak Party sepulang dari rumah warga

Untuk pasien pasca gangguan jiwa, kami melakukan rehabilitasi dengan memberikan aktivitas bercocok tanam bagi yang laki-laki dan memasak bagi para perempuan. Kegiatan rehabilitasi ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian pasien.
 
Rehabilitasi adalah seperangkat tindakan sosial, edukasi, perilaku, dan kognitif untuk meningkatkan fungsi kehidupan pasien gangguan jiwa dan berguna untuk proses penyembuhan (Barton, 1999 dalam Stuart & Luraia, 2005).

Dari pihak puskesmas kami diberitahukan siapa-siapa saja pasien yang pernah pernah mengalami gangguan jiwa, dan kemudian pasien itulah yang kami berdayakan. Kami memfasilitasi mereka dengan mencarikan bibit tanaman seperti cabe, tomat, dan bawang untuk ditanam disekitar rumah mereka.

Cara ini merupakan salah satu rehabiltasi pasien gangguan jiwa, supaya mereka mempunyai aktivitas dan kesibukan dalam kesehariannya. Karena pasien yang pernah mengalami gangguan jiwa sangat rentan untuk kambuh kembali, jika tidak ada aktivitas yang mendukung kehidupanya.

Dengan adanya aktivitas, kesempatan untuk berhalusinasi atau tindakan ke arah gangguan berkurang, karena pikirannya teralihkan oleh aktivitas lain. Mereka yang sudah mandiri dan mempunyai pekerjaan inilah yang menjadi target kunjungan kami. Dan nantinya bisa diceritakan kepada pasien lain untuk memotivasi mereka mengikuti program rehabilitasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih Telah Memberikan Komentarnya - Silahkan Komentar dibawah ini !!!!

My Instagram