Menulis Sebagai Bukti Perawat Itu Ada dan Hidup Selamanya

Post Top Ad

“Ruang Drakula” Katanya!

Inilah ruangan yang jika kamu masuk ke dalamnya, terdapat banyak kantong darah yang tergantung di tiang-tiang infus. Ujung selang infus itu tersambung dengan bocah-bocah kecil yang berumur antara 3-10 tahun. Setiap kantong darah digunakan oleh satu orang anak. Mereka menunggu darah tersebut sampai habis mengalir ke tubuh mereka.

Setiap 20 hari sekali mereka datang untuk melakukan kegiatan yang sama, istilah medisnya transfusi darah. Satu kali transfusi bisa 1-3 kantong darah yang berjumlah 250 cc, sampai hemoglobin (Hb) di dalam darah mereka tercukupi. Mereka bagaikan drakula yang haus akan darah manusia, dan ketika mereka tidak mendapatkannya maka muncullah gejala seperti, pucat, lemah, letih bahkan ada sampai tidak sadarkan diri.

Go to Ruang Drakula
Sebenarnya mereka sakit apa sih sehingga harus selalu transusi darah? Bahkan rumah sakit di Nanggroe Serambi inipun menyediakan ruangan khusus untuk mereka, yang diberi nama Sentral Pelayanan Thalassemia

Di minggu kedua stase anak ini, aku hijrah ke ruang yang ku sebut sebagai ruang drakula. Ngeri juga ya., sebutannya! Bukan maksud untuk menakut-nakuti, tapi drakula yang dimaksud disini bukan seperti di film holywood itu, mempunyai gigi taring yang panjang, lingkar mata yang hitam, wajah pucat tanpa darah dan menghisap darah manusia dengan menggigitnya di bagian leher. Ihhh.., Horor banget kalau seandainya seperti itu.

Disini terdapat banyak anak-anak yang imut, cantik, ganteng dan menggemaskan. Hanya saja kebutuhan mereka seperti drakula yang harus sedia darah setiap bulannya. Tentunya bukan seperti drakula yang sesungguhnya, menghisap darah secara paksa. Tapi mereka menerima darah dari pendonor dan ditransfusikan kepada mereka melalui rute perenteral, yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah vena (intravena) seperti pemberian infus pada umumnya.

Memang sakit sih, harus ditusuk dulu supaya jarum abocet masuk melalui pembuluh darah vena, dan mereka menerimnya setiap kali transfusi darah. Menyedihkan bukan! Inilah cara yang bisa dilakukan untuk mempertahankan hidup mereka yang menderita thalassemia.

Abang Fathur yang lagi pasang infus :)
      Ruangan ini untuk para penderita yang mengalami kelainan darah seperti anemia, thalassemia, leukemia, dan hemofilia. Dikarenakan mereka bermasalah dengan darah, maka sebagai terapi utamanya juga harus menggunakan darah. 

Ruang Kangker Anak
Khusus untuk pasien leukemia ditempatkan di bagian belakang ruang ini, yang diberinama Pediatric Oncology Center (Pusat Kanker Anak). Leukemia yang dikenal sebagai kanker darah ini, penyakit yang menakutkan. Karena bisa saja secara tiba-tiba penderitanya mengalami perdarahan (petekie), muncul bintik-bintik merah di sekujur tubuh akibat pecahnya pembuluh darah, bahkan darah pun bisa keluar secara tiba-tiba dari kulit, tanpa ada perlukaan atau benturan. 

Pasien yang di rawat di ruang kanker anak, bukan hanya untuk luekemia saja. Semua jenis kanker yang diderita oleh pasien anak, ditempatkan di ruangan ini. Biasanya pasien yang masuk ke ruangan ini dirawat dalam jangka waktu lama, atau pun pasien ulang.  Maksudnya pasien yang kunjungannya berulang, karena pasien-pasien kanker tidak lepas dari kemoterapi.

Bedahalnya dengan ruang thalassemia, mereka yang masuk ke ruangan ini tidak perlu opname lama. Mereka hanya memerlukan waktu 1 atau 2 hari, bahkan ada yang setengah hari saja tercatat sebagai pasein. Mereka menjadi pasien hanya saat dilakukannya proses transfusi atau pemberian obat lainya. Akan tetapi mereka rutin setiap bulannya, bahkan ruangan ini sudah menjadi rumah kedua bagi mereka.   

Wajarlah anak-anak atau orang dewasa yang menjadi pasien di ruangan ini memanggil bunda kepada perawat-perawatnya. Aku pun saat dipanggil bunda, terasa geli, hahaha. Jelaslah secara gitu, aku kan belum punya baby. Boro-boro punya bayi, nikah saja belum. Tapi, lama kelamaan aku terbiasa dengan panggilan itu, “BUNDA YELL” hahaha.
Berbagi cerita dengan salah seorang penderita thalassemia yang sedang ditransfusi.
Kegaiatan di ruangan ini tidak lain ialah tusuk menusuk (pasang infus maksudnya), menjemput darah ke bank darah, naikin darah (memasang kantong darah ke selang infus pasien), memantau kondisi pasien selama transfusi dan up Infus (buka infus).
Jadul bangetkan,, masih tulis tangan!
Sebagai tambahan kami yang sedang praktek haruslah melakukan pengkajian secara detail kepada pasien. Mulai dari identitasnya, keluhan utama, penyakit sekarang, penyakit sebelumnya, pengobatan yang dilakukan dan bahkan sampai ke keluarganya juga dikaji dan dibuat dalam bentuk genogram (silsilah keturunan). Dan yang paling menyakitkan itu, laporannya ditulis secara manual dengan tulisan tangan. Ribet bukan, jadi mahasiswa! Uhhhh...., (sabar, ini proses perawat traveler!)

Meskipun jam dinasnya mulai dari pukul 08.00-18.00 wib, ditambah lagi dengan laporan kelolaan dan resume, aku juga sempat menulis kisahku di perawat traveler! Hebat perawat itu., ya,,kan! hehehe, nggak salah kalau mantu idaman itu perawat, anak orang aja dirawat apalagi anak kamu, iya., kamu., hehehe. Stop., stop., berhenti candaannya., back to the topic!




Jika kamu ingin mengetahui lebih banyak tentang penyakit thlassemia ini, dan bagaimana ciri-cirinya, kamu bisa baca di artikelku tentang “Thalassemia ‘HanSep-Sep’ Darah”. Artikel ini pernah dimuat di Serambi Indonesia edisi 9 Mei 2015, (sedikit promisi).
 
Sempatkan juga berkunjung ke ruangan ini, supaya kamu bisa melihat bagaimana penderita thalassemia ini harus ditransfusi. Dikarenakan penyakit ini merupakan penyakit keturunan, tidak menutup kemungkinan kamu salah satu diantaranya, baik sebagai pembawa sifat, atau yang menderitanya, hanya saja belum terdeteksi.

Saat ini Aceh merupakan penderita thalassemia terbanyak di Indonesia. Dan kemungkinan masih banyak yang belum terdeteksi secara menyeluruh. Yang sudah terdeteksipun juga harus melakukan transfusi yang tempatnya hanya ada di Kota Madani ini.

Bayangkan mereka yang berada di kabupaten lain di Aceh harus rela menyisihkan uangnya untuk biaya transportasi setiap bulannya menuju ibu kota. Untunglah darah dan obat-obatannya digratiskan oleh pemerintah, lantas untuk biaya hidup selama di Kota Madani bagaimana? Inilah yang ditanggungkan oleh mereka para penderita thalassemia dan kelurganya. 

Bersyukurlah bagi kita yang diberi kesehatan. Untuk itu sudah seharusnya kita membantu mereka yang membutuhkan. Sekurang-kurangnya menyumbangkan darah kita kepada meraka, karena donor darah itu perlu. Yuk telusuri artikelku tentang "Perlukah Menodonorkan Darah?"

3 komentar:

Terimakasih Telah Memberikan Komentarnya - Silahkan Komentar dibawah ini !!!!

My Instagram