Photo bersama seusai terapi bermain |
Apasih
yang nggak ada di keperawatan? kita
kan manusia multitalenta dan serba bisa! Sampai-sampai bermain aja dibuat
sebagai terapi. Biasanya kamu mendengar kata terapi itu untuk yang berbau
mediskan! Seperti terapi bedah, obat, akupuntur, sinar dan terapi-terapi
lainnya.
Di
satase keperawatan anak ini, kita ada namanya terapi bermain. Iya., bermain!
Ini dikhususkan untuk anak-anak yang sakit, ya., ialah, secara gitu kita
ceritanya di rumah sakit, otomatis anak-anaknya lagi sakitlah alias kurang
sehat. Tapi, kenapa disuruh bermain..? qan lagi sakit?
Nah..,
itu dia yang perlu kamu., kamu.., kamu tahu tentang dunia anak. Pekerjaan anak
itu adalah bermain, kesukaannya juga bermain, kepinginnya juga bermain, semuanya
main, main dan main. Meskipun anak sedang sakit, tapi keinginan bermainnya itu
tetap ada, makanya perlu cara kreatif untuk menyalurkan keinginan anak
tersebut.
“Terapai bermain adalah sebuah terapi yang
direncanakan untuk membantu anak mengungkapkan perasaannya, dalam menghadapi
kecemasan dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan”.
Ruang Poliklinik Anak |
Kali ini aku ditempatkan di Poliklinik Anak. Di ruangan ini
kami diharuskan untuk membuat terapi bermain untuk anak-anak yang datang
berobat. Sebenarnya terapi bermain itu bisa dilakukan dimana saja, dan lebih
efektifnya di ruang rawat anak.
Akan tetapi karena jumlah perawat di ruang anak
terbatas, sedangkan pekerjaan yang harus dilakukan begitu banyak, maka sangat
jarang terapi bermain ini dilakukan oleh perawat ruangan. Bukan tidak tahu,
tapi tidak ada waktu dan kesempatan untuk melakukannya.
Kami
sebagai mahasiswa praktek alias CoAss, wajib melakukan itu. Sebelum melakukan
terapi bermain, harus disiapkan Satuan Acara Permainan (SAP). Di dalam SAP ini
berisi judul permainan yang akan dilakukan, tempat, waktu & tanggal, lama
permainan, jumlah anak, usia anak, alat permainan yang digunakan, metode, dan
materi permainan itu sendiri.
Kemudian SAP ini harus dikonsulkan kepada ClinicalInstruktur (CI), minimal sampai 3 kali konsul. Ribet bukan? Ya..,
begitulah proses pembelajaran menjadi seorang perawat. Tapi, sebenarnya ketika
kita sudah menjadi seorang perawat, tidak serumit itu cukup mempersiapkan alat
dan bahan pemainan yang tepat untuk anak.
“Tujuan bermain ini ialah untuk
mengembangkan aktivitas dan kreativitas anak, supaya dapat beradaptasi terhadap
stres karena penyakit dan pengobatannya”.
Di
ruang Poliklinik Anak ini, biasanya para orang tua yang ingin melakukan konsul
tentang kesehatan anaknya, atau mendapatkan pengobatan harus antri terlebih
dahulu. Setelah kartu berobatnya dikasih ke meja nurse station, mereka harus
menunggu antrian untuk dipanggil.
Setelah dipanggil oleh perewat, prosedur
pertama yang dilakukan adalah pengukuran berat badan, tinggi badan dan lingkar
kepala. Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital seperti suhu,
nadi, pernapasan dan tekanan darah. Barulah menanyakan tentang keluhan utama
pasien datang ke rumah sakit.
Pada proses ini, kadang anak-anak merasa
takut dan ada yang menangis. Padahal tidak diapa-apain, hanya pemeriksaan
ringan yang tidak ada proses tusuk menusuknya. Tapi, presepsi anak tetap saja
takut melihat kita yang memakai baju serba putih-putih, kayak hantu saja.
Untung kakak-kakak perawatnya cantik-cantik, kalau nggak, apa bedanya dengan
kuntilanak atau pocong? Ihhh.., serem!
Mungkin pihak rumah sakit perlu
memperhatikan kembali warna pakaian perawat di ruang anak atau poliklinik anak.
Bisa menggunakan baju yang berwarna cerah seperti pink atau biru, supaya anak
senang melihatnya dan mengurangi rasa takut pada anak.
Setelah prosedur pertama dilalui, orang
tua dan anak diharapkan menunggu untuk berita panggilan ke ruang dokter. Disinilah
yang membuat anak bosan dan stres, karena dokternya itu lama banget datangnya.
Biasanya dokter baru datang jam 10.00 WIB atau 12.00 WIB gitu. Sedangkan pasien sudah
dari jam 08.30 WIB menunggu.
Kita
juga tidak bisa menyalahkan dokter, karena sebelumnya para dokter harus visit atau kunjungan dulu ke ruang rawat
anak, NICU dan PICU yang ada di rumah sakit ternama di Kota Madani ini.
Di
ruang poliklinik anak ini terdapat 9 pelayanan yang diberikan yaitu; pelayanan Respirologi (saluran nafas), Neurologi (saraf), Gastroentero-Hepatologi (saluran cerna), Nefrologi (ginjal), Hemato-Onkologi (tumor), Alergi imunologi, Infeksi Tropis (seperti malaria), Endokrinologi (seperti DM), Gizi
Nutrisi Metabolik, dan Tumbuh Kembang
Anak.
Tidak setiap hari pelayanan seperti yang
disebutkan di atas diberikan, ada Jadwal Harian Khusus Pelayanan yang ditetapkan.
Hal ini dikarenakan keterbatasan ruangan. Hanya ada dua ruangan dokter untuk
konsul, satu rauangan pemeriksaan yang disekat/dibagi dua, satu ruang untuk
kepala ruang, satu ruang untuk perawat dan peralatan dan satu ruang untuk
mahasiswa CoAss seperi aku ini.
Selama
masa penantian itu, anak-anak merasa bosan menunggu. Meskipun ada beberapa
permainan yang tersedia di ruangan, tapi itu hanya bertahan sebentar. Setelah
itu anak akan menangis minta pulang, seperti itu sih sering kejadiannya. Maka
dari itu perlu adanya terapi bermain ini untuk anak.
Banyak
manfaat yang di dapat dari terapi bermain ini tergantung dengan isi
permainannya. Kami dari kelompok saat itu memberikan terapi bermaian berupa memasukkan bola kecil di tali, yang kami beri judul “Berhitung
Sambil Bermain”.
Seru ya.., bisa main-main kek gini! |
“Manfaat yang
didapat ialah memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaanya
melalui permianan yang diberikan kepada anak.
Selain itu juga
dapat merangsang kognitif, motorik halus dan kasar
untuk proses
tumbuh kembang anak”.
Awalnya anak masih canggung karena
ada beberapa anak yang mereka belum saling kenal, tapi disatukan di dalam ruangan
yang sama. Kemudian kami disini berperan seperti guru TK (tu., kan, sudah ku
bilang, perawat itu bisa jadi apa saja seperti power ranger). Mulailah kita nyanyi-nyanyi dan berhitung sambil bermain layaknya seperti
di TK.
Kayak guru TK aja kita ya..,! |
Anak-anak yang awalnya merasa cemas dan
was-was didekat kami, sekarang mulai bersahabat. Itu berkat terapi bermain.
Orang tua pun juga ikut senang dan terhibur melihat anaknya yang mula sakit dan
takut, sekarang sudah berubah menjadi senang dan ceria. Itu berkat terapi
bermain.
Setelah Terapi Bermain, jadi tambah dekat lah kita...,:) |
Sudah aku bilang diawal, anak itu
tugasnya bermain, jika kita kembalikan fitrahnya dan penuhi kebutuhannya pasti
sakit anak jadi hilang. Jangan sampai karena sakit anak dilarang
ngapai-ngapain, malah bertambah parah sakitnya.
Jika anak kamu, atau adik, keponakan
sakit, jangan terlalu dikekang, dipaksain harus istriahat, minum obat, atau nggak boleh
ini atau itu. Cukup berikan apa menjadi kesenangannya, karena yang menyembuhkan
itu bukannya obat, tapi rasa senang yang keluar dari jiwa dan hati yang tenang.
Mereka sakit bukan berarti harus
selalu butuh dokter, yang mereka butuhkan ialah kasih sayang dari orang-orang
terdekatnya. Jika perawat bisa memberikan itu, berarti yang mereka butuhkan
perawat dong! hehehe modus. Lagi-lagi, perawat itu dibutuhkan dimana saja dan
kapanpun juga!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih Telah Memberikan Komentarnya - Silahkan Komentar dibawah ini !!!!