A. Definisi
Penyakit Jantung Bawaan (PJB)
atau yang disebut dengan jantung kongenital adalah bentuk kelainan jantung yang sudah
didapatkan sejak bayi baru lahir. Kelainan ini dapat mengakibatkan abnormalitas
fungsi jantung. Bentuk kelainannya berupa defek (cacat) pada bagian-bagian
jantung, bisa di bagian atrium maupun ventrikel (Wong, 2008).
Kelainan
jantung berupa defek yang terdapat di bagian atrium disebut defek atrium septum
(atrial
septal defect, ASD). Jantung
mengalami kecacatan karena adanya lubang abnormal pada sekat yang memisahkan
kedua belah atrium, sehingga terjadi pengaliran darah dari atrium kiri yang
bertekanan tinggi, ke dalam atrium kanan yang bertekanan rendah.
Atrial Septal Defect (ASD) |
Ada tiga tipe ASD yaitu:
1. Ostium primum (ASD 1) : Terdapat lubang pada bagian
ujung bawah septum, sehingga membuat katup mitral menjadi abnormal.
2. Ostium sekudum (ASD 2) : Terdapat lubang pada bagian
tengah septum.
3. Defek sinus venosus : Terdapat lubang pada di tempat
pertemuan vena kava superior dengan atrium kanan. Lubang ini mengakibatkan
anomali parsial koneksi vena pulmonalis.
Kelainan
jantung yang berupa defek yang terdapat pada ventrikel disebut defek septum ventrikel
(Ventricular
Septal Defect, VSD). Pada
bagian ini tedapat lubang abnormal pada sekat yang memisahkan ventrikel kanan
dengan ventrikel kiri.
Ventricular Septal Defect (VSD) |
Selain
itu juga ada kelainan jantung pada kedua bagian yaitu arteri dan ventrikel
disebut sebagai defek kanalis atrioventrikularis (AVC). Defek ini terdiri atas
ASD rendah yang berlanjut dengan VSD tinggi. Terdapat celah pada katup mitral
dan trikuspid, sehingga terbentuk katup sentral atrioventrikular yang lebar. Celah
ini memungkinkan pengaliran darah diantara keempat rongga jantung.
Arah
dan alur aliran darah ditentukan oleh tahanan pulmonalis dan sistemik, tekanan
dalam ventrikel kiri dan kanan, dan kelenturan setiap rongga jantung. Defek
jantung ini paling sering ditemukan pada anak-anak Sindrom Down.
Atrioventikular Septal Defect |
Kelianan
jantung berupa kegagalan penutupan duktus arteriosus (pembuluh arteri yang
menghubungkan aorta dengan arteri pulmonalis) disebut sebagai paten
duktus arteriosus (PDA). Kasus
ini sering terjadi pada bayi yang berusia satu minggu pertama.
Paten Duktus Arteriosus (PDA) |
Kelainan
jantung dapat juga berupa penyempitan lokal didekat tempat insersi duktus
arteriosus, disebut sebagai koartasio aorta (COA). Penyempitan
ini mengakibatkan peningkatan tekanan dibagian proksimal defek (kepala dan
ekstremitas atas), dan penurunan tekanan di bagian distal obstruksi (batang
tubuh serta ekstremitas bawah).
Coarctation of the Aorta |
Penyempitan
atau strikur pada katup aorta disebut sebagai Stenosi Aorta (AS). Penyempitan ini mengakibatkan timbulnya tahanan
yang menghalangi aliran darah dalam ventrikel kiri, penurunan curah jantung,
hipertrofi ventrikel kiri dan kongesti pembuluh darah paru.
Aortic Stenosis (AS) |
Penyempitan
pada lubang masuk arteri pulmonalis disebut sebagai stenosis pulmonal.
Tahanan yang merintangi aliran darah menyebabkan hipertrofi ventrikel kanan dan
penurunan aliran darah paru. Atresia pulmonalis merupakan bentuk stenosis pulmonalis
yang ekstrem, dimana pada keadaan ini terjadi fusi
komisura secara total, sehingga tidak ada darah yang mengalir ke dalam
paru-paru. Ventrikel kanan juga dapat mengalami hipoplasia.
Stenosis Pulmonal |
Bentuk
kelainan jantung bawaan yang kompleks disebut sebagagai tetralogi fallot.
Kelainan ini terdiri dari gabungan VSD, stenosis pulmonal, overriding aorta,
dan hipertrofi ventrikel kanan.
Tetralogi Fallot (TOF) |
Kelainan
jantung berupa kegagalan pertumbuhan katup trikuspidalis disebut sebagai atresia
trikuspidalis. Kelianan ini sering disertai dengan stenosis pulmonal
dan transposisi pembuluh arteri yang besar. Pada kelaianan ini terjadi
percampuran total darah yang miskin oksigen dengan yang kaya oksigen di sisi kiri
jantung.
Atresia Trikuspidalis |
B. Etiologi
Penyebab penyakit jantung bawaan berkaitan dengan kelainan perkembangan
embrionik, pada usia lima sampai delapan minggu saat jantung dan pembuluh darah
besar dibentuk.
Penyebab utama terjadinya penyakit
jantung bawaanl belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor
yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung
bawaan :
1.
Faktor prenatal
:
a. Ibu menderita
penyakit infeksi : rubella, influenza atau chicken fox selama kehamilan.
b.
Ibu
mengkonsumsi alkohol
c. Usia ibu lebih dari 40 tahun
d.
Ibu menderita
penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
e. Ibu
meminum obat-obatan penenang atau jamu, minum obat-obatan tanpa resep
dokter, (thalidmide, dexxtroamphetamine, aminopterin, amethopterin).
f. Terpajan radiasi (sinar X)
g. Gizi ibu yang buruk
h. Kecanduan Obat-obatan
C. Klasifikasi
Kelainan jantung bawaan diklasifikasikan atas dasar kelainan fungsi
sirkulasi yang terjadi, yaitu:
1. Penyakit jantung bawaan non-sianotik atau disebut juga
penyakit
jantung bawaan tidak biru, merupakan kelompok PJB terbanyak ditemukan, yakni
sekitar 75% dari semua PJB, Sisanya merupakan kelompok PJB biru. PJB non
sianotik dapat dikatagorikan menjadi dua bagian yaitu;
a. Dengan vaskularisasi paru normal: Terdiri dari
stenosis aorta, stenosis pulmonal, koarktasio aorta, kardiomiopati.
b. Dengan vaskularisasi paru bertambah: Terdiri defek
septum atrium, defek atrioventrikularis, defek septum ventrikel, duktus
arteriosus persisten, anomaly drainase vena pulmonalis parsial.
2. Penyakit jantung bawaan sianotik atau disebut juga Penyakit
Jantung Bawaan biru ditandai dengan warna kebiruan tampak pada bibir, ujung
jari dan kuku. Warna kebiruan ini sebagai akibat aliran darah didalam tubuh
didominasi oleh sel darah merah yang kandungan oksigennya rendah, akibat
pencampuran darah bersih dan darah kotor pada jantung.
a. Dengan vaskularisasi paru bertambah: transposisi
arteri besar tanpa stenosis pulmonal, double outlet right ventricle tanpa
stenosis pulmonal, trunkus arteriosus persisten, ventrikel tunggal tanpa
stenosis pulmonal, anomaly total drainase vena pulmonalis.
b. Dengan vaskularisasi paru berkurang: stenosis pulmonal
berat pada neonatus, tetralogi Fallot, atresia pulmonal, atresia tricuspid,
anomaly Ebstein. (Sastroasmoro & Maldiyono, 1996)
D. Patofisiologi
Patofisiologi dari kelainan jantung bawaan berdasarkan defek atau cacat
yang dialaminya.
1.
Penyakit
jantung bawaan non-sianotik
a.
Atrial septal defect (ASD)
b.
Ventricular septal defect (VSD)
c.
Defek kanalis atrioventrikularis (AVC)
d.
Paten duktus arteriosus (PDA)
e.
Koartasio aorta (COA)
f.
Stenosis aorta (AS)
2.
Penyakit
jantung bawaan sianotik
a.
Stenosis pulmonal (SP)
b.
Tetralogi fallot (TOF)
c.
Atresia trikuspidalis
d.
Transposisi pembuluh arteri besar
e.
Total anomalous pulmonary venous connection (TAPVC)
f.
Trunkus arteriosus (TA)
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari kelainan jantung bawaan berdasarkan
defek atau cacat yang dialaminya.
1.
Penyakit
jantung bawaan non-sianotik
a.
Atrial septal defect (ASD)
b.
Ventricular septal defect (VSD)
c.
Defek kanalis atrioventrikularis (AVC)
d.
Paten duktus arteriosus (PDA)
e.
Koartasio aorta (COA)
f.
Stenosis aorta (AS)
2.
Penyakit
jantung bawaan sianotik
a.
Stenosis pulmonal (SP)
b.
Tetralogi fallot (TOF)
c.
Atresia trikuspidalis
d.
Transposisi pembuluh arteri besar
e.
Total anomalous pulmonary venous connection (TAPVC)
f.
Trunkus arteriosus (TA)
F. Pemeriksaan Diagnostik
1.
Elektrokardiogram (EKG), menunjukkan gambaran normal
sampai ada kalainan
a. Hipertrofi ventrikel kiri dan Abnormalitas atrium kiri
didapatkan pada penderita dengan defek sedang.
b. Pada VSD dengan defek besar didapatkan adanya
hipertofi ventrikel kiri maupun kanan dengan atau tanpa abnormalitas atrium
kiri
c. Pada sindroma Eisenmenger didapatkan gambaran
hipertropfi ventnikel kanan dengan atau tanpa hipertrofi ventrikel kiri.
2.
Foto Thoraks
Kardiomegali dengan gambaran
adanya pembesaran Atrium kiri, venrikel kiri, kadang-kadang ventrikel kanan,
arteri pulmonalis yang prominen serta peningkatan vaskularisasi paru
berkorelasi langsung dengan besarnya pirau.
3.
Kateterisasi
Jantung
a.
Terdapat peningkatan
saturasi oksigen di ventrikel kanan serta peningkatan tekanan di atrim kin,
ventrikel kin maupun arteri pulmonalis pada VSD yang sedang dan berat.
b.
menentukan
rasio aliran darab ke paru dan sistemik (Qp/Qs ) seda menentukan raslo tahanan
paru dan sistemik (RpiRs) ,nilai tensebijt kemudian dipakal sebagal pedoman
indikasi dan kontraindikasi penutupan defek.
c.
jika tekanan di
arteri pulmonalis sangat meningkat, tes dengan pembenian oksigen 100% untuk
menilai reversibilitas vaskuler paru.
d.
Angiogram pada
ventnikel kin untuk melihat jumlah dan lokasi dan defek, sedangkan aortografi
untuk menentukan adanya kemungkinan regurgitasi oleh karena prolaps katub
aorta.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penyakit jantung bawaan terdiri dari
penatalaksanaan terapeutik dan tindakan bedah, dan dispesifikan sesuai dengan
bagian jantung yang mengalami kelainan.
1.
Penyakit
jantung bawaan non-sianotik
a.
Atrial septal defect (ASD)
b.
Ventricular septal defect (VSD)
c.
Defek kanalis atrioventrikularis (AVC)
d.
Paten duktus arteriosus (PDA)
e.
Koartasio aorta (COA)
f.
Stenosis aorta (AS)
2.
Penyakit
jantung bawaan sianotik
a.
Stenosis pulmonal (SP)
b.
Tetralogi fallot (TOF)
c.
Atresia trikuspidalis
d.
Transposisi pembuluh arteri besar
e.
Total anomalous pulmonary venous connection (TAPVC)
f.
Trunkus arteriosus (TA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih Telah Memberikan Komentarnya - Silahkan Komentar dibawah ini !!!!